DONGGALA-Adanya gagasan Bupati Donggala,
Kasman Lassa yang akan menjadikan ibu kota kabupaten sebagai kota pariwsata
kini mendapat sorotan publik. Bukan karena masyarakat tidak setuju terhadap
keinginan tersebut, cuma saja orientasi
proyek fisik yang sangat menonjol ketimbang
menumbuhkan spirit mobilitas industri dan pelestarian nilai budaya dan
sejarah sebagai kekhasan Donggala.
Hal tersebut mengemuka
dalam pembahasan master plant pariwisata kota Donggala yang dilaksanakan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Donggala belum lama ini. Apa
yang dipaparkan tim ahli (arsitek) dari Universitas Tadulako dengan melontarkan
perlunya pembangunan di beberapa titik potensi pariwisata seperti di kawasan
Pantai Kelurahan Kabonga, dinilai tidak terlalu mendesak. “Justru yang harus
dilakukan pemerintah sekarang, bukan membangun lagi bangunan wisata atau
kawasan baru, karena beberapa yang ada saat ini belum selesai dibangun tapi
kenapa mau bangun lagi di tempat baru. Itu akan mubasir, sehingga bagi saya
sebaiknya tingkatkan yang sudah ada,” kata Rony Djalaluddin, pelaku industri
pariesata Donggala, akhir pekan lalu.
Kritikan yang diungkapkan
tersebut, kata Rony sangat beralasan, sebab kawasan wisata jalan Lingkar di
Kelurahan Kabonga saja yang sudah tiga tahun berjalan pembangunannya belum
rampung total, tapi kenapa tidak dituntaskan. Misalnya menambah sarana bagi
usaha kuliner yang sudah ada, mengingat sering menjadi tempat kunjungan warga.
Selain itu mesti dilengkapi dengan sarana MCK maupun persediaan air bersih, sehingga
orang yang berkunjung tidak kerepotan bila membutuhkan MCK.
Saat ini, kawasan Jalan
Lingkar Kabonga, selain kotor dengan sampah yang berserakan dan adanya tumpukan
material gergajian yang dipakai saat balapan motor, juga tidak ada tempat
pelindung. Kata Rony Djalaluddin, harusnya hal seperti itu yang harus dibangun
karena sudah ril menumbuhkan perekonomian masyarakat kecil ketimbang membangun
tempat baru yang jadi beban ekonomi.
Kecaman juga dating dari Sekretaris
Dewan Kesenian Donggala (DKD) Zulkifly Pagessa. Menurutnya, untuk memajukan
pariwisata Donggala tidak bisa dilepas dari nilai-nilai sejarah dan budaya sebagai
penanda kota tua. “Bangunan-bangunan baru atau membangun lagi belum tentu
memiliki dampak dalam meningkatkan perekonomian karena itu akan jadi beban,
sehingga sebaiknya pemerintah melakukan revitalisasi terhadap beberapa bangunan
bernilai sejarah untuk wisata kota tua,” kata Zulkifly.
Bahkan menurut Zulkifly, beberapa
bangunan tua yang dapat dijadikan aset wisata budaya kota tua yang statusnya
tidak jelas, mestinya hal itu yang lebih penting diurus pemerintah. Misalnya
soal bangunan PKKDD dengan bangunan bentuk silinderis yang memiliki nilai
sejarah perekonomian mestinya dikembalikan sebagai aset daerah ketimbang jadi
milik perorangan. Begitu pun bangunan-bangunan di sekitar pelabuhan Donggala
dapat dikelola untuk wisata kota tua, tapi kenyataannya tidak diperhatikan
pemerintah, malahan lebih condong membangun dengan orientasi proyek.
Sebelumnya Ketua BAPPEDA
Donggala, Ibrahim Drakel mengatakan rencana pengembangan pariwisata kota
Donggala sebagai upaya mengimplementasikan visi misi Bupati Donggala yang telah
tertuan dalam RPJMD 2014-2019. Saat dimintai tanggapannya oleh media ini,
ternyata pandangan Ibrahim Drakel dalam soal kepariwsiataan yang akan
dikembangkan adalah wisata ekologi dengan alas an sebagai keseimbangan dengan
adanya pembukaan lahan tambang dari arah Kota Palu. “Karena itu perlu
penyeimbangan untuk dalam kota Donggala mengutamakan wisata ekologis,” kata
Ibrahim Drakel. (JAMRIN AB)