Sabtu, 27 Desember 2014

Rencana Master Plant Wisata Donggala Berorientasi Proyek

DONGGALA-Adanya gagasan Bupati Donggala, Kasman Lassa yang akan menjadikan ibu kota kabupaten sebagai kota pariwsata kini mendapat sorotan publik. Bukan karena masyarakat tidak setuju terhadap keinginan tersebut, cuma saja  orientasi proyek fisik yang sangat menonjol ketimbang  menumbuhkan spirit mobilitas industri dan pelestarian nilai budaya dan sejarah sebagai kekhasan Donggala.
Hal tersebut mengemuka dalam pembahasan master plant pariwisata kota Donggala yang dilaksanakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Donggala belum lama ini. Apa yang dipaparkan tim ahli (arsitek) dari Universitas Tadulako dengan melontarkan perlunya pembangunan di beberapa titik potensi pariwisata seperti di kawasan Pantai Kelurahan Kabonga, dinilai tidak terlalu mendesak. “Justru yang harus dilakukan pemerintah sekarang, bukan membangun lagi bangunan wisata atau kawasan baru, karena beberapa yang ada saat ini belum selesai dibangun tapi kenapa mau bangun lagi di tempat baru. Itu akan mubasir, sehingga bagi saya sebaiknya tingkatkan yang sudah ada,” kata Rony Djalaluddin, pelaku industri pariesata Donggala, akhir pekan lalu.

Kritikan yang diungkapkan tersebut, kata Rony sangat beralasan, sebab kawasan wisata jalan Lingkar di Kelurahan Kabonga saja yang sudah tiga tahun berjalan pembangunannya belum rampung total, tapi kenapa tidak dituntaskan. Misalnya menambah sarana bagi usaha kuliner yang sudah ada, mengingat sering menjadi tempat kunjungan warga. Selain itu mesti dilengkapi dengan sarana MCK maupun persediaan air bersih, sehingga orang yang berkunjung tidak kerepotan bila membutuhkan MCK.
Saat ini, kawasan Jalan Lingkar Kabonga, selain kotor dengan sampah yang berserakan dan adanya tumpukan material gergajian yang dipakai saat balapan motor, juga tidak ada tempat pelindung. Kata Rony Djalaluddin, harusnya hal seperti itu yang harus dibangun karena sudah ril menumbuhkan perekonomian masyarakat kecil ketimbang membangun tempat baru yang jadi beban ekonomi.
Kecaman juga dating dari Sekretaris Dewan Kesenian Donggala (DKD) Zulkifly Pagessa. Menurutnya, untuk memajukan pariwisata Donggala tidak bisa dilepas dari nilai-nilai sejarah dan budaya sebagai penanda kota tua. “Bangunan-bangunan baru atau membangun lagi belum tentu memiliki dampak dalam meningkatkan perekonomian karena itu akan jadi beban, sehingga sebaiknya pemerintah melakukan revitalisasi terhadap beberapa bangunan bernilai sejarah untuk wisata kota tua,” kata Zulkifly.
Bahkan menurut Zulkifly, beberapa bangunan tua yang dapat dijadikan aset wisata budaya kota tua yang statusnya tidak jelas, mestinya hal itu yang lebih penting diurus pemerintah. Misalnya soal bangunan PKKDD dengan bangunan bentuk silinderis yang memiliki nilai sejarah perekonomian mestinya dikembalikan sebagai aset daerah ketimbang jadi milik perorangan. Begitu pun bangunan-bangunan di sekitar pelabuhan Donggala dapat dikelola untuk wisata kota tua, tapi kenyataannya tidak diperhatikan pemerintah, malahan lebih condong membangun dengan orientasi proyek.

Sebelumnya Ketua BAPPEDA Donggala, Ibrahim Drakel mengatakan rencana pengembangan pariwisata kota Donggala sebagai upaya mengimplementasikan visi misi Bupati Donggala yang telah tertuan dalam RPJMD 2014-2019. Saat dimintai tanggapannya oleh media ini, ternyata pandangan Ibrahim Drakel dalam soal kepariwsiataan yang akan dikembangkan adalah wisata ekologi dengan alas an sebagai keseimbangan dengan adanya pembukaan lahan tambang dari arah Kota Palu. “Karena itu perlu penyeimbangan untuk dalam kota Donggala mengutamakan wisata ekologis,” kata Ibrahim Drakel. (JAMRIN AB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar